Komitmen muslim sejati. Apa
maksudnya? Apakah setiap muslim belum bisa dikatakan muslim sejati? Apa
syarat2nya? Adakah yang bisa menjadi muslim sejati? Mungkin ada juga yang
berkomentar di dalam hati, “ah, alay...”,
atau, “ah, sok banget membicarakan itu,
sudah merasa alim apa...”, atau, “nggak
ah, masih pengen seneng2...”, dll.
Mas/ mbak sekalian, sungguh, kita
hidup dalam zaman yang secara umum kehidupannya sudah sangat memprihatinkan di
segala aspek, jika kita bandingkan dengan generasi awal Islam, atau zaman
kejayaan Islam setelahnya. Kita menjumpai mayoritas kaum muslimin sekarang adalah
orang2 yang lemah imannya, shg banyak fenonena pemurtadan atau setidaknya ummat
Islam secara umum menjadi manusia2 yang tidak mempunyai keyakinan kuat ttg
agamanya shg hidupnya terombang ambing tidak jelas menganut sistem keyakinan
yang mana. Ini masalah utama yang kemudian berimbas pada perilaku, baik yang
sifatnya vertikal kepada Allah berupa ibadah2 mahdhoh ataupun perilaku yg
sifatnya horizontal ttg hubungan dengan manusia. Kita banyak menjumpai orang
muslim yang:
1.
Dengan mudah mempercayai dukun yg dianggap mampu mendatangkan
manfaat dan menghalau madzorot
2.
Menyekutukan Allah dalam uluhiyah, ada dzat lain yg disembah, atau
tidak menyadari kalau dia menyembahnya, misal ritual2 sesajen, mengusap2
kuburan utk mencari berkah, minta tolong kpd orang yg sudah dikubur, dll
3.
Meyakini ramalan2 bintang, ramalan telapak tangan, dll
4.
Merasa sial dengan peristiwa tertentu, misal kejatuhan cicak, atau
melihat pocong dalam mimpi
5.
Mengecam/menentang semua atau sebagian hukum Islam/syari’at Islam,
dan lain2
Sungguh
itu semua adalah penyimpangan2 dalam keyakinan/aqidah yang memprihatinkan pada
ummat muslim sendiri. Padahal hanya Allahlah tuhan yang disematkan kepadaNya
uluhiyah (yg disembah), rububiyah (yg mengatur kehidupan), mulkiyah (Raja di
raja), asma’ wa shifat (mempunyai nama2 yg baik dan sifat yg agung), yg
kesemuanya itu mengandung konsekuensi keyakinan dan sikap dari hamba2Nya. Pembagian
tauhid ini sering dituduh sbg wahabi, tp sebenanya ini hanyalah ijtihad ulama2
utk memudahkan maum muslimin memahami tuhannya, Allah SWT.
So, komitmen muslim sejati yg pertama
adalah dalam urusan aqidah ini. seorang muslim haruslah mempunyai keyakinan
yang kuat. Hanya Allah SWT yang disembah dengan cara yg diajarkan oleh Nabi
Agung Muhammad SAW, hanya Allah tempat bergantung, hanya Allah yg dipatuhi
sepenuhnya, dan hanya Allah yg berkuasa atas segala sesuatu.
Komitmen
kedua
adalah ibadah.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah/beribadah
kepada-Ku. (Ad dzariyat:56)
Dari ayat
diatas, dpat difahami bahwa tujuan utama manusia adalah untuk beribadah hanya
kpd Allah saja. Sedangkan maksud utama ibadah adalah merendahkan diri dan tunduk, sebagaimana makna secara bahasa. Tidak
kalah rusaknya dengan urusan aqidah, urusan ibadah ini juga sangat kronis
menimpa kaum muslimin. Sangat banyak kita menjumpai teman atau orang2 disekitar
kita yang hanya Islam KTP. Ataupun kalau lingkungan dan orang2 dekat kita sudah
baik aqidah dan ibadahnya, sungguh, dipelosok2 sana/lingkungan tertentu sangat
banyak saudara muslim kita yang Islamnya hanya sebatas label di KTP. Ini tentu
menggelisahkan. Bahkan mahasiswa yg notabenenya mahasiswa kampus Islam pun
masih banyak yang tidak lengkap sholat 5 waktunya, apalagi tepat waktu, apalagi
sholat berjamaah, apalagi sholat2 sunnahnya, apalagi membaca Alqurannya,
apalagi amalan2 sunnah yg lain, sedikit orang yg komitmen dengan hal ini
(ibadah).
Prinsipnya, niat memperbaiki harus dimulai dari
diri sendiri, kemudian mengajak yg lain. Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak
bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua
syarat ibadah:
[a]. Ikhlas karena Allah semata, bebas
dari syirik.
[b]. Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
Sedangkan pilar ibadah itu ada 3, diantaranya adalah cinta (al hubb), takut
(khouf), harap (raja’).
“Dia mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.”
[Al-Maa-idah: 54]
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu
bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan mereka berdo’a kepada Kami dengan
penuh harap dan cemas.
Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada
Kami.” [Al-Anbiya': 90]
Komitmen yang ketiga adalah akhlak.
“Sesungguhnya, tidaklah Aku mengutusmu melainkan untuk menyempurnakan
akhlak manusia” (Al Hadis). Komitmen ketiga yang seharusnya dimiliki
seorang muslim ini sebenarnya adalah imbas dari aqidah dan ibadah seseorang,
jika aqidah dan ibadahnya baik, maka insyaAllah akhlaknya baik. Demikian juga
sebaliknya. Sehari2 kita melihat/mendengar berita yang berkaitan dg akhlak ini,
mulai dari kasus perkelahian, narkotika, miras, pemerkosaan, korupsi, pembunuhan,
pencurian, dan lain2. Pelakunya kebanyakan muslim, walaupun non muslim juga.
Tapi ini adalah kanyataan. Belum lagi akhlak buruk yang sudah dianggap wajar,
ini penting disadari, misal: hubungan
pria-wanita yang seolah tidak ada batasnya, hedonisme, ttg aurat yg diumbar,
kata-kata yg kotor/kasar, mudahnya berbohong, dll, sampai pada sikap2 yang
tidak semestinya terhadap kedua orang tua, keluarga, teman, tetangga, dan
masyarakat sekitarnya.
Komitmen keempat adalah dakwah.
Kecenderungan orang yang telah
merasakan sesuatu yang baik/bermanfaat adalah akan memberitahukan/mengajak
orang lain. Dakwah itu demikian, ia berarti menyeru/mengajak manusia kpd jalan Islam
yang kita nikmati keindahannya. Kalau aqidah adalah pondasi Islam (asas), dan
ibadah-akhlak adalah bangunan Islam(bina’). Maka dakwah ini adalah penyokong
keberlangsungan Islam sampai kiamat nanti (al muayyidat). Biasanya disandingkan
dengan jihad, jadi dakwah dan jihad. Tentu jihad dalam makna dan pelaksanaan yg
benar. Sebagaimana bangunan, jika Islam tidak ada yg menyokong (dakwah dan
jihad), maka Islam akan hancur dan musnah.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf
dan mencegah
dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali Imran: 104)
Menurut Dr. Yusuf Qardawi, segolongan ummat ada 2:
1. Segolongan dari manusia, berarti semua kaum muslimin.
Berdakwah sesuai kemampuan. “Sampaikanlah
dariku walau satu ayat” (Al Hadis)
2. Segolongan dari kaum muslimin, yakni orang2
khusus/da’i yang memahami cara berdakwah yang benar/fiqhudda’wah, dan berdakwah
dengan berjamaah, bersama2 sebagaimana yg dicontohkan Nabi Muhammad SAW dan
generasi gemilang setelahnya.
Jadi berdakwah yang mudah dan ringan adalah bersama2,
sebagaimana lidi jika hanya satu maka mudah dipatahkan dan sulit cepat
membersihkan sampah, tp jika banyak lidi dan diikat, maka akan kuat dan cepat
membersihkan sampah. Berawal dari ngaji bersama, bermajelis bersama,
memperbaiki diri bersama, memperbaiki lingkungan (bi’ah sholihah) bersama,
saling mengingatkan bersama, sampai bisa membuat program2 dakwah bersama. Wallahu’alam..